Senin, 10 Januari 2022

MODUL 1.4 EKSPLORASI KONSEP BUDAYA POSITIF

 

 Eksplorasi Konsep

Bapak/Ibu CGP, Eksplorasi konsep untuk Budaya positif terdiri dari beberapa bagian yaitu.

2.1. Perubahan Paradigma -Stimulus Respon lawan  Teori Kontrol

CGP dapat memahami miskonsepsi tentang kontrol dan selanjutnya mengadakan perubahan paradigma stimulus-respon menjadi teori kontrol. CGP juga  melakukan refleksi atas penerapan praktik disiplin yang dijalankan di sekolahnya.

2.2. Arti Disiplin dan 3 Motivasi Perilaku Manusia

CGP dapat memahami konsep disiplin positif dihubungkan dengan teori motivasi perilaku manusia, serta konsep motivasi internal dan eksternal.

2.3. Keyakinan Kelas, Hukuman dan Penghargaan

CGP dapat memahami pentingnya memiliki keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas, yang pada akhirnya akan menciptakan budaya positif. 

2.4. Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia

CGP memahami bahwa setiap tindakan murid dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yang berbeda-beda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia, kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positif. CGP memahami bahwa kebutuhan dasar dapat dipenuhi dengan cara positif atau negatif oleh karena itu peran guru adalah memberdayakan anak agar dapat memenuhi kebutuhannya secara positif.

2.5  Lima (5) Posisi Kontrol 

CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya. CGP dapat mengetahui dan menerapkan disiplin restitusi di posisi Monitor dan Manajer agar dapat menciptakan lingkungan positif, aman, dan nyaman dan dapat menghasilkan murid-murid yang lebih mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab.

2.6 - Segitiga Restitusi

CGP memahami dan menerapkan restitusi melalui tahapan dalam segitiga restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah agar menjadi murid merdeka.

 Eksplorasi MANDIRI

Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Pembahasan disiplin kali ini akan meninjau teori yang dikemukakan oleh Diane Gossen. Sebelum kita gali lebih lanjut tentang teori Disiplin Restitusi dari Diane Gossen, mari menyamakan model berpikir kita tentang disiplin itu sendiri. Lazimnya disiplin dikaitkan dengan kontrol. Dalam hal ini kontrol guru dalam menghadapi murid.

Di bawah ini adalah paparan Dr. William Glasser dalam Control Theory, untuk meluruskan berapa miskonsepsi tentang kontrol:

Ilusi guru mengontrol murid

Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai

Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.

Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha. 

Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.

Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.

Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.

Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.

Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa,

“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”. 


 Tugas 2.1

Saat ini Anda bayangkan memandang cermin, memandang diri Anda sebagai seorang pendidik, dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan renungan tersebut di bawah ini setelah membaca tentang perubahan paradigma: 

  1. Setelah membaca tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol, adakah bagian yang masih mengganjal atau belum Anda pahami?
  2. Apakah Anda meyakini bahwa tepat untuk meminta murid menyesuaikan diri dengan keinginan Anda, dan bahwasanya adalah tanggung jawab Anda untuk memaksa murid demi suatu kebaikan, adakah cara lain?  

    Tuliskan tanggapan Anda atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan berikan minimal dua tanggapan Anda terhadap jawaban teman Anda.

    Picture of MOHAMAD NUROKHUDIN
    Heti winingsih
    HETI WININGSIH noted on Tugas 2.1
    1. Alhamdulillah setelah membaca tentang ilustrasi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ada bayangan bahwa stimulus respon tentang dunia dan teori kontrol tentang dunia memang berbeda. 2.saya tidak yakin kalau meminta murid untuk dapat menyesuaikan dengan keinginan saya, karena pada dasarnya pembelajaran yang menyenagkan itu harus berpihak pada murid dan tidak boleh dipaksakan.
     Reply  Like (1)Tuesday, 7 December 2021, 9:33 PM
    Picture of IBNU HASAN
    IBNU HASAN respond:
    paparan yang baik
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 9:05 AM
    Picture of IBNU HASAN
    IBNU HASAN respond:
    paparan yang baik
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 9:06 AM
    Picture of SRI RAHAYU
    SRI respond:
    Benar sekali ibu, pembelajaran yang menyenangkan itu memang harus berpihak kepada murid dan tidak boleh dipaksakan kecuali untuk mengajarkan hal-hal yang baik seperti saat anak nakal atau menyakiti temannya maka kita akan meminta anak untuk bersalaman dan meminta maaf kepada anak yang disakitinya.
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 3:04 PM
    Picture of UCE WINARNI
    UCE WINARNI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 9:55 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    benar
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:17 PM
    Foto Profil
    SRI respond:
    iya benar sekali bu , Pembelajaran harus berpihak pada murid dengan menghargai potesi dan bakat yang dimiliki murid itu sendiri
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 8:44 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    setuju
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:17 PM
    Picture of UCE WINARNI
    UCE WINARNI respond:
    betul apa yang dikatakan oleh bu heti, kita tidak bisa memaksakan anak atas dasar kehedak kita
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 9:55 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    sip
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:17 PM
    Picture of SUHARNI SUHARNI
    SUHARNI respond:
    Setuju bunda, Pembelajaran yang berpihak pada murid , murid tidak harus menyesuaikan dengan keinginan kita, tetapi sebaliknya sipaya kelas menyenangkan kita bisa berdiskusi dulu dengan murid
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 5:16 AM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:17 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:17 PM
    Picture of APRILIA RATNANINGTYAS
    APRILIA noted on Tugas 2.1
    Saya memiliki sedikit gambaran mengenai teori stimulus respon dan juga teori kontrol yang ternyata saling berkebalikan. Bagi saya tidak tepat rasanya meminta murid untuk menyesuaikan diri dengan keinginan saya bahkan jika hal tersebut untuk kebaikan mereka. Kita memang wajib mengarahkan siswa pada hal hal baik akan tetapi keputusan haruslah ada ditangan mereka masing masing.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 8:01 AM
    Picture of IBNU HASAN
    IBNU HASAN respond:
    paparan yang baik
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 9:05 AM
    Picture of APRIANA KARTIKAWATI
    APRIANA respond:
    Terima kasih atas paparan nya Bu, sangat baik sekali.
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 1:10 PM
    Picture of SITI AETI
    SITI respond:
    good
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 7:52 PM
    Foto Profil
    SRI respond:
    setuju ibu, tugas guru adalah mengarahkan dan tidak memaksakan kehendak
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 8:46 PM
    Picture of SUHARNI SUHARNI
    SUHARNI respond:
    Siap bunda, Kita wajib mengarahkan dan membimbing tetapi untuk keputusan akhir kita kembalikan kepada pribadi masing - masing
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 5:17 AM
    Profil
    EDIYANTO respond:
    Saya setuju dengan pendapat ibu, memang tidak tepat rasanya meminta murid untuk menyesuaikan diri dengan keinginan kita bahkan jika hal tersebut untuk kebaikan mereka. Justru saya mempunya pemikiran bahwa kita sebagai guru yang harus bisa menyesuaikan diri dengan keinginan siswa.
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 8:22 AM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:18 PM
    Picture of MOHAMAD NUROKHUDIN
    MOHAMAD noted on Tugas 2.1
    Saya memiliki sedikit gambaran mengenai teori stimulus respon dan juga teori kontrol. setiap anak mempunyai pemikiran, keinginan, dan kebutuhannya masing-masing yang unik dan berbeda-beda, saya tidak bisa memaksanakan mereka agar pemikiran mereka disamakan satu dengan yang lainnya. oleh sebab itu saya mempunyai gambaran dengan kita memberikan stimulus kepada siswa yang kemudian akan direspon oleh para siswa dengan pemikirannnya masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginannya masing-masing sesuai dengan kodrat jaman dan kodrat alamnya masing-masing, secara otomatis controling dapat terwujud dengan adanya stimulus dan respon.
     Edit  Remove  Reply  Like (2)Wednesday, 8 December 2021, 8:11 AM
    Picture of IBNU HASAN
    IBNU HASAN respond:
    paparan yang baik
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 9:06 AM
    Picture of IBNU HASAN
    IBNU HASAN respond:
    paparan yang baik
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 9:06 AM
    Picture of APRILIA RATNANINGTYAS
    APRILIA respond:
    Betul pak, setiap siswa memiliki potensi serta bakat masing masing yang tidak bisa disama ratakan dan dipaksakan agar seragam.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 10:07 AM
    Picture of SRI RAHAYU
    SRI respond:
    Pemaparan yang bagus pak.
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 3:08 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:18 PM
    Picture of IBNU HASAN
    IBNU HASAN noted on Tugas 2.1
    1. Konsep yang belum saya pahami adalah paradigma setimulus respon. 2. Memaksakan adalah cara yang tidak tepat. Sebaiknya adalah membangun kesepakatan kelas secara bersama sama, dan disampaikan tujuan dan manfaat dari kesepakatan yang dibangun bersama.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 9:04 AM
    Picture of APRILIA RATNANINGTYAS
    APRILIA respond:
    Barangkali bisa sedikit membantu Paradigma Stimulus Respon merupakan kebalikan dari teori Kontrol. Menurut saya Stimulus Respon cenderung kaku karena mengganggap semua orang memiliki kebutuhan dan cara pandang yang sama (saat ini kita sedang belajar untuk menjadi guru yang mampu mengakomodir kebutuhan siswa yang berbeda beda). Paradigma Stimulus respon ini juga dikenal dengan istilah berpikir menang / kalah yang mana apabila pendapat kita digunakan berarti kita menang kalau tidak berarti kalah.
     Reply  Like (2)Wednesday, 8 December 2021, 10:06 AM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:18 PM
    Picture of APRILIA RATNANINGTYAS
    APRILIA respond:
    Barangkali bisa sedikit membantu Paradigma Stimulus Respon merupakan kebalikan dari teori Kontrol. Menurut saya Stimulus Respon cenderung kaku karena mengganggap semua orang memiliki kebutuhan dan cara pandang yang sama (saat ini kita sedang belajar untuk menjadi guru yang mampu mengakomodir kebutuhan siswa yang berbeda beda). Paradigma Stimulus respon ini juga dikenal dengan istilah berpikir menang / kalah yang mana apabila pendapat kita digunakan berarti kita menang kalau tidak berarti kalah.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 10:06 AM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:18 PM
    Picture of RIYANTI
    RIYANTI respond:
    betul pa, semangat.
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 11:32 AM
    Profil
    EDIYANTO noted on Tugas 2.1
    1. Setelah saya membaca tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol. Saya masih memikirkan bagaimana cara mengontrol siswa dengan baik terhadap aturan yang sudah ada di sekolah dan bentuk hukuman yang pas terhadap siswa yang melanggar. 2. Kembali pada modul sebelumnya, bahwa setiap murid mempunya kepribadian unik. Tidak tepat jika murid harus menyesuaikan apa yang kita inginkan. Seharusnya kita sebagai guru yang harus menyesuaikan keinginan murid.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 10:27 AM
    Picture of RIYANTI
    RIYANTI respond:
    setuju pa,selalu semangat untuk mewujudkan profil pelajar pancasila yang merdeka belajar.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 11:29 AM
    Picture of APRIANA KARTIKAWATI
    APRIANA respond:
    setuju Pak dan terus semangat, semoga kedepannya dapat menemukan bagaimana cara memberikan disiplin positif yang pas untuk murid.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 1:11 PM
    Foto Profil
    SRI respond:
    Setuju Pak, sebagai guru kita harus tetap mengutamakan kebutuhan murid
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 8:49 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:18 PM
    Picture of RIYANTI
    RIYANTI noted on Tugas 2.1
    1. Setelah membaca ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol saya lebih bisa memahami bahwa dalam memberikan stimulus pada siswa tentang stimulus respon tentang dunia dan teori kontrol tentang dunia itu berbeda. 2.Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga dalam memberikan kegiatan belajar yang berpihak pada murid.Anak di beri kesempatan untuk mengeksplor kemampuannya , dapat belajar dengan tenang,aman dan nyaman pada lingkungan budaya yang positif.Sehingga apa yang diinginkan anak agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya baik sebagai manusiaa maupun anggota masyarakat karena terpenuhinya kodrat alam dan kodrat jaman.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 11:24 AM
    Picture of UCE WINARNI
    UCE WINARNI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 9:56 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:18 PM
    Picture of APRIANA KARTIKAWATI
    APRIANA noted on Tugas 2.1
    Setelah membaca tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol saya sedikit mempunyai gambaran tentang keduanya. Saya rasa tidaklah tepat jika seorang guru meminta murid untuk menyesuaikan keinginan guru dalam pembelajaran, seorang guru diharuskan memberikan stimulus yang baik terhadap murid dan mereka akan merespon sesuai dengan kemampuan dan karakternya masing-masing. Karena pada dasarnya pembelajaran haruslah berpihak pada murid agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 1:09 PM
    Picture of RASWO SIGIT PAMUNGKAS
    RASWO respond:
    Setuju, karena pembelajaran yang berpusat pada murid adalah proses, proses agar murid menjadi aktif belajar dengan karakteristik yang ada pada diri mereka
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 6:52 PM
    Profil
    EDIYANTO respond:
    Pembelajaran yang berpihak kepada murid tidak akan tercapai jika guru meminta muridnya untuk menyesuaikan diri dengan keinginan guru. Kembali pada pembahasan modul sebelumnya bahwa Pandangan Ki Hadjar Dewantara mengenai padi diibaratkan olehnya seperti anak (murid) dalam melaksanakan pendidikan. Ibarat petani sebagai guru yang menyebarkan benih atau bibit padi, tidak bisa memaksakan tanaman padi menjadi tanaman lainnya. Hal tersebut juga dimaksudkan kepada anak-anak yang sudah mempunyai minat dan bakatnya masing-masing, tidak bisa dipaksa untuk menjadi apa yang diinginkan oleh guru atau orang tua untuk tujuan tertentu.
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 8:28 AM
    Picture of SUHARNI SUHARNI
    SUHARNI respond:
    gambaran yang indah pa, Bahwa padi tidak dapat tumbuh menjadi jagung ataupun sebaliknya.
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 12:08 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:19 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:18 PM
    Picture of SRI RAHAYU
    SRI noted on Tugas 2.1
    Setelah membaca tentang ilustrasi ke kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol alkhamdulillah saya bisa membedakan bahwa stimulus respon lebih mengedepankan ego dan memaksakan kehendak sedangkan teori kontrol lebih memberikan pandangan kepada kita untuk memamdang orang lain atau bahkan murid kita sebagai pribadi yang berbeda- beda dan kita diajarkan untuk selalu berfikir positif tentang segala sesuatu baik di dalam diri kita sendiri maupun dalam diri orang lain sehingga akita akan selalu membuka diri untuk belajar dari orang lain. Saya rasa sangat tidak tepat jika kita meminta murid untuk menyesuaikan dengan kita karena sebagai pendidik kita justru harus mampu memfasilitasi semua minat dan kebutuhan murid yang beragam karena kita tahu bahwa karakteristik anak itu unik dan mereka tidak dapat dipaksa untuk menuruti keinginan kita. Mengenai mengajarkan kebaikan memang itu tanggung jawab kita sebagai pendidik.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 3:01 PM
    Picture of RASWO SIGIT PAMUNGKAS
    RASWO respond:
    Perbedaan bukan berarti sesuatu yang menjdai kendala, tetapi penyesuain diri dengan orang lain lebih penting untuk mencapai tujuan bersama .
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 6:41 PM
    Picture of SUHARNI SUHARNI
    SUHARNI respond:
    Setuju Pa , Pelangi saja indah karena perbedaan waranya, penyesuaian diri , dan komunikasi positif sangat penting untuk mencapai tujuan bersama.
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 12:10 PM
    Picture of SUHARNI SUHARNI
    SUHARNI respond:
    tanggung jawab kita menuntundan mengajarkan tentang kebaikan, Bahasa yang inspiratif dan menyentuh hati.
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 5:20 AM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:19 PM
    Picture of SUHARNI SUHARNI
    SUHARNI noted on Tugas 2.1
    1. Setelah membaca tentang Ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol , bahwa bisa saja guru memberi stimulus kepada peserta didik , siswa merespon dengan karakter siswa masing - masing, Saya tidak bisa mengkontrol orang lain terutama murid, tetapi teladan, kolaborasi dan konsensus atau kesepakatan mampu menciptakan pilihan- pilihan baru. 2. Saya tidak meyakini bahwa murid harus menyesuaikan dengan keinginan saya , pasti murid saya akan tidak nyaman jika mereka harus menyesuikan dengan keinginan saya, tanggung jawab saya memberi teladan,menuntun, dan mengarahkan mereka pada hal - hal positif , pembiasaan positif, untuk menciptakan suasana positif , budaya positif , bukan dengan memaksa tetapi dengan teladan, tuntunan, dan arahan,
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 4:08 PM
    Picture of SRI RAHAYU
    SRI respond:
    sanagat setuju bu harni, keteladanan adalah cara paling tepat untuk bisa menyampaikan pesan atau hal baik yang ingin kita ajarkan kepada murid, semoga kita bisa tetap menjadi teladan yang baik bagi anak didik kita.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 5:01 PM
    Picture of SUHARNI SUHARNI
    SUHARNI respond:
    Aamiin , Semoga bunda
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 5:18 AM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:19 PM
    Picture of RASWO SIGIT PAMUNGKAS
    RASWO noted on Tugas 2.1
    1) Hal yang masih mengganjal atau belum saya pahami pada bagian Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat, dimana disebutkan dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha. Yang menjadi pertanyaan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai hasil dari perubahan positif itu? 2) Saya tidak yakin bahwa semua murid dapat menyesuaikan diri dengan keinginan saya walaupun Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Memaksakan suatu kebaikan kepada murid merupakan tanggung jawab saya, tetapi pemahaman murid berbeda karena mereka mempunyai pemikiran yang belum stabil dan mudah berubah. Cara lain mungkin dalam hal ini harus saling mengerti. Guru menyampaikan tujuan belajar itu dan murid akan menyadari dan akhirnya akan bertanggungjawab.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 6:37 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:19 PM
    Picture of SITI AETI
    SITI noted on Tugas 2.1
    1. bagian yang masih mengganjal dalam benak saya adalah ,teori tersebut di pandang dari sudut pandang yang bagaimana? karena teori tersebut mempunyai karakter yang berbeda. 2. kalau menurut saya tidak tepat jika seorang guru memakasakan keinginannya kepada murid walaupun itu baik menurut dia,tapi kan belum tentu baik menurut siswa. cara lain adalah...di bicarakan baik baik,di beri pengarahan.pengertingan wawasan dan gambaran akan positif dan negatif,biarkan anak yang memilih sesuai versinya,kita berkewajiban hanya mengarahkan dan membingbing saja,bukan memaksa ya,he he
     Reply  Like (2)Wednesday, 8 December 2021, 8:00 PM
    Foto Profil
    SRI respond:
    Setuju ibu, kita mengarahkan dan membimbing bukan memaksa
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 8:53 PM
    Picture of EKO NUGROHO YULIONO
    EKO respond:
    memaksa sebenarnya boleh asal sesuai dengan tingkat perkembangannya
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 11:10 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:19 PM
    Foto Profil
    SRI noted on Tugas 2.1
    Dalam pandangan Stimulus – Respon setiap orang dianggap semua sama, Apabila diumpan dengan cara yang sama maka semua orang akan memberi respon yang sama pula. Berbeda halnya dengan teori control , dalam teori control setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, stimulan sama yang diberikan akan memberi respon yang berbeda – beda sesuai kebutuhan dan tujuan orang tersebut Untuk mengajak murid untuk melakukan seperti apa yang kita inginkan , bukanlah dengan cara memaksa, melainkan melalui contoh dan keteladanan yang kita lakukan.
     Reply  Like (2)Wednesday, 8 December 2021, 8:41 PM
    Picture of FAISAL AZMI BAKHTIAR
    FAISAL respond:
    Benar sekali ibu Sri.
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 10:52 PM
    Picture of LIKA MARLINA
    LIKA respond:
    betul sekali bu, dengan adanya keteladanan dari guru murid dapat menilai, dan tumbuh kesadaran dari dalam dirinya untuk dapat berubah menjadi lebih baik.
     Reply  Like (2)Wednesday, 8 December 2021, 11:01 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:19 PM
    Heti winingsih
    HETI WININGSIH respond:
    siiip.
     Reply  Like (0)Sunday, 12 December 2021, 10:40 AM
    Picture of UCE WINARNI
    UCE WINARNI noted on Tugas 2.1
    1. setelah membaca modul, yang saya pahami tentang stimulus respont dan teory kontrol bahwa kita tidak bisa memaksa orang lain untuk memiliki kebutuhan yang sama dengan kita, kita tidak bisa memaksa kepada teman lain untuk memiliki gambaran yang sama dengan kita, jadi stimulus respon dan teory kontrol mempunyai perbedaan pandangan tentang dunia. 2. Kita tidak bisa meminta murid untuk menyesuaikan dengan kita, kita bisa mendisiplinkan murid dengan cara melakukan budaya positif bukan larangan ataupun kemarahan. yang perlu kita lakukan adalah membuat perubahan dengan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai kebutuhan murid
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 9:53 PM
    Picture of TEGUH WIBOWO
    TEGUH WIBOWO respond:
    Setuju Bu, sangat masuk akal.
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 10:26 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:19 PM
    Picture of TEGUH WIBOWO
    TEGUH WIBOWO noted on Tugas 2.1
    Ada, saya masih belum memahami tentang ilusi kontrol. Saya meyakini bahwa meminta murid menyesuaikan diri dengan keinginan guru adalah sesuatu yang tepat, karena semua guru pasti menginginkan murid-muridnya manjadi baik. Hanya saja hal tersebut tidak bisa dipaksakan mengingat kemampuan murid menyadari sebuah kebaikan itu membutuhkan waktu. Jadi guru tidak boleh memaksakan keinginannya.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 10:24 PM
    Picture of FAISAL AZMI BAKHTIAR
    FAISAL respond:
    Benar pak, terkadang kalau kita memaksakan kehendak maka murid akan merasa kecewa terhadap kita.
     Reply  Like (0)Wednesday, 8 December 2021, 10:51 PM
    Picture of EKO NUGROHO YULIONO
    EKO respond:
    Memaksakan mulrid untuk mengikuti kebaikan yang kita harapkan, hasilnya tidak akan langgeng, kecuali mereka mulai menyadari kebutuhan akan kebaikannya itu
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 11:07 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:19 PM
    Picture of FAISAL AZMI BAKHTIAR
    FAISAL noted on Tugas 2.1
    Medengar kata situmus respon teringat sebuah pendekatan behaviorisme yang saya terapkan di kelas beberapa tahun yang lalu. memang pendekatan ini lebih kepada kita sebagai orang dewasa yang melatih dan mengontrol perilaku anak untuk menjadi sebuah kebiasaan dimana penggunaan reward dan punishment digunakan untuk memperkuat stimulus dan respon tersebut. Dalam pelaksanaannya pendekatan ini hanya memberikan sikap sementara dan yang lebih sering memunculkan permusuhan antara guru dengan murid. Setelah penerapan pendekatan tersebut saya meyakini bahwa seorang guru hanya bisa berupaya menuntun siswa untuk menemukan sikap positif dan motivasi belajarnya sendiri. Guru tidak bisa memaksa siswa untuk menyesuaikan diri dengan perilaku yang kita anggap sesuai dan baik untuk siswa tersebut.
     Reply  Like (2)Wednesday, 8 December 2021, 10:50 PM
    Picture of LIKA MARLINA
    LIKA respond:
    Betul sekali pak, dengan kita memaksa murid untuk menjadi seperti apa yg kita inginkan mereka sedikit sekali yang memiliki kesadaran sendiri, mereka menurut karena takut saja.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 10:58 PM
    Picture of SUHARNI SUHARNI
    SUHARNI respond:
    Walaupun keinginan guru bersifat positif terhadap murid nya tetapi , tetap saja guru tidak boleh memaksa siswa untuk memenuhi keinginannya, gutu bertugas menuntun bukan memaksakan keinginan.
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 12:14 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:20 PM
    Picture of LIKA MARLINA
    LIKA noted on Tugas 2.1
    1. Setelah saya membaca tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol, saya menjadi memiliki gambaran tentang perbedaan keduanya dan ternyata saling berkebalikan. dimana stimulus respon terkesan memaksa orang lain untuk sama dengan kita, sedangkan teori kontrol memandang setiap orang memiliki pandangan, pemikiran, kepentingan yang berbeda, sehingga kita tidak dapat mengontrol oranglain. 2. Menurut saya kurang tepat untuk dapat meminta murid untuk menyesuaikan diri dengan keinginan saya, karena murid juga mempunyai pandangan, pemikiran, dan kebutuhan yang berbeda. Dalam mewujudkan merdeka belajar, guru harus bisa menghadirkan kebebasan kepada murid, dalam artian mereka dapat berkreasi, berkarya, sesuai dengan potensi yang mereka miliki tanpa adanya paksaan. Untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, kita dapat melibatkan murid dalam setiap langkah yang kita ambil, dan menghadirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 10:53 PM
    Picture of EKO NUGROHO YULIONO
    EKO respond:
    Ketika murid berkreasi dan berkarya dengan paksaan, maka itu bukan murni kreasi dan karyanya dan tidak bisa berkembang, Menyadarkan murid dengan berdiskusi bersama akan lebih mengena dalam memerdekakan mereka untuk berkreasi dan berkarya. sepakat saya bu
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 11:05 PM
    Picture of SRI RAHAYU
    SRI respond:
    Setuju pak eko.
     Reply  Like (0)Monday, 13 December 2021, 2:31 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:20 PM
    Picture of EKO NUGROHO YULIONO
    EKO noted on Tugas 2.1
    Setelah membaca ilusi kontrol dan paradigma stimulus respon ke teori kontrol, saya mulai menyadari bahwa kita tidak bisa memaksa orang sesuai kehendak kita. Memang kita diciptakan beragam sehingga memiliki kebutuhan yang berbeda, kita harus memahami pandangan orang lain bukannya memaksakan orang mengikuti pandangan kita, orang berbuat karena ada maksudnya, kita hanya bisa mengontrol diri kita sendiri, pemaksaan akan berakibat tidak baik, dan ketika menang kalah pasti ada yang merasa tidak nyaman. Memaksakan murid untuk mengikuti keinginan kita ternyata tidak tepat setelah memahammi teori kontrol, karena mungkin murid mengikuti keinginan kita tetapi itu tidak akan langgeng. Murid menunjukkan kebaikan di depan kita tetapi di belakang kita bisa jadi tidak seperti itu. Kita tidak bisa bertanggung jawab sepenuhnya demi kebaikan murid dengan memaksanya untuk berbuat baik karena yang terbaik adalah kesadaran diri untuk berbuat baik. Cara lain bersama memahami baghwa kebaikan itu kebutuhan sejati manusia
     Reply  Like (1)Wednesday, 8 December 2021, 11:00 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:20 PM
    Picture of INDRA GUNAWAN
    INDRA GUNAWAN noted on Tugas 2.1
    Memaksa murid untuk menyesuaikan diri dengan gaya belajar kita menurut saya sah-sah saja asalkan pada awalnya kita membuat kesepakatan. kita sampaikan dulu inti dan tujuannya
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 9:06 AM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI respond:
    mantap
     Reply  Like (0)Thursday, 9 December 2021, 7:20 PM
    Picture of ERI YULIANTI
    ERI YULIANTI noted on Tugas 2.1
    1. ilmu yang sangat bermanfaat. setelah membaca tentang ilustrasi kontrol dan perubahan paradigma stimulus bahwa respon tentang dunia dan kontrola berbeda-beda. kita ambl yang terbaik sesuai dengan kebutuhan. 2. saya akan menyesuaikan murid karena murid adalah pusat pembelajaran
     Reply  Like (1)Thursday, 9 December 2021, 7:16 PM
    Picture of MUHAMMAD TAUKHID taukhid
    MUHAMMAD TAUKHID noted on Tugas 2.1
    1. Setelah membaca tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol saya jadi lebih faham bagaimana saya harus mengelola kelas saya dan membimbing murid, saya jadi mendapatkan pengetahuan baru dan mudah-mudahan segera diterapkan di kelas dan sekolah saya 2. Berdasarkan pengetahuan baru tentang materi ini saya menyakini bahwa guru tidak boleh memaksa murid menyesuaikan dengan dirinya dan memaksa sesuai dengan keinginannya karena mereka mempunyai potensi yang berbeda-beda, passion yang berbeda, latar belakang yang berbeda, karakter mereka pun berbeda, jadi sangat penting guru memahami mereka agar mereka menjadi diri mereka sendiri sesuai dengan kodratnya. Dan guru harus memberikan teladan yang baik/ mulai dari diri sendiri dulu., kemudian melakukan komunikasi, berkolaborasi dengan murid sehingga mereka merasa dibimbing / dituntun bukannya dipaksa. Karena tugas pendidik adalah menuntun murid sesuai kodratnya agar mereka mendapatkan kebahagiaan dan keaelamatan setinggi-tingginya
     Reply  Like (1)Friday, 10 December 2021, 10:20 PM
    Picture of DWI ANA NURMAN A., S.Pd.Gr.
    ini menjadi awal perubahan sebagai guru penggerak harus terus berubah ke arah yang lebih baik
     Reply  Like (1)Saturday, 11 December 2021, 4:47 PM
    Picture of DWI ANA NURMAN A., S.Pd.Gr.
    DWI ANA NURMAN A., noted on Tugas 2.1
    sudah lama saya setiap ada permasalahan siswa saya lebih cenderung memberikan hukuman, setelah membaca ilustrasi kontrol ternyata itu tidak menyelesaikan permasalahan yang ada, merek hanya akan patuh ketika ada guru saja, ketika tidak ada ya sama perilaku tersebut. hal ini menunjukan bahwa murid untuk berubah harus dar dalam hatinya sendiri
     Reply  Like (1)Saturday, 11 December 2021, 4:46 PM
    Picture of IBNU HASAN
    IBNU HASAN noted on Tugas 2.1
    1.Gambaran tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol sudah saya pahami. 2. Memaksakan murid agar sesuai dengan keinginan kita adalah hal yang kurang tepat. Sebab setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda - beda. Cara yang lebih tepat adalah dengan menggunakan pendekatan win win solution, dimana si murid merasa menang dan kita sebagai guru juga merasa menang. KIta lebih baik mengggunakan kolaborasi dan konsensus untuk melakukan pendekatan terhadap murid.
     Reply  Like (0)Tuesday, 14 December 2021, 9:11 PM
    Picture of TUTI YUNIARSIH
    TUTI YUNIARSIH noted on Tugas 2.1
    1. Setelah membaca tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol, alhamdulilah tidak ada yang mengganjal, sedikit sudah dapat memahami. 2. Saya tidak meyakini bahwa tepat untuk meminta murid menyesuaikan diri dengan keinginan saya, dan bahwasanya adalah tanggung jawab saya untuk memaksa murid demi suatu kebaikan, sebaiknya kita harus berpihak pada murid , menghamba pada murud.


     2.2: Konsep Disiplin Positif dan Motivasi

    Selanjutnya, untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu CGP mengenai Konsep Disiplin Positif dan Motivasi CGP diminta untuk mengikuti aktivitas berikut ini.

    Bapak dan Ibu calon guru penggerak,

    Setelah memahami perbedaan teori stimulus respons dan teori kontrol pada pembahasan sebelumnya, sekarang mari kita belajar tentang konsep disiplin positif yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah-sekolah kita.

    Kebanyakan guru, sangat tertarik dengan topik pembahasan tentang disiplin. Mereka berpendapat bahwa kalau saja anak-anak bisa disiplin, pasti mereka akan bisa belajar. Para guru juga berpendapat bahwa mendisiplinkan anak-anak adalah bagian yang paling menantang dari pekerjaan mereka.  Bagaimana dengan Bapak/Ibu CGP? Apakah Anda memiliki pendapat yang sama?

    Marilah kita baca artikel di bawah ini:


    Makna Kata Disiplin

    Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan.  Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. 

    Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.

    Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa 

    “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. 
    (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,  Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

    Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

    Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah: 

    mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri)

    Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. 

    Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna.  Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.  

    Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan; 

    “...pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheld itulah selalu menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya tidak lain ialah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya. 
    (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,  Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)

    Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. 
     

    Referensi: 
    Restitution: Restructuring School Discipline, Diane Chelsom Gossen, 2001, New View Publications, North Canada
    Ki Hajar Dewantara; Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,2013, UST-Press bekerjasama dengan Majelis Luhur Tamansiswa


    Bapak dan Ibu calon guru penggerak, 

    Indah sekali bukan pemikiran-pemikiran tentang konsep disiplin di atas. Mari kita bayangkan alangkah indahnya ketika tercipta masyarakat yang bisa saling belajar, yang saling merasa terikat dan terhubungkan satu sama lain; karena masyarakat seperti itu akan mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya, senantiasa selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.  Itulah tujuan dari disiplin diri.

    Bapak Ibu calon guru penggerak,

    Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan yang lain?  Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, Terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau. 

    Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apa lagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu?

    Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita baca artikel ini:


    3 Motivasi Perilaku Manusia


    Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia:

    1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman

    Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. 

    2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. 

    Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. 

    3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya

    Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya?. Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal. 

    Pernahkan Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda sengaja melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain? Mengapa anda tetap memilih melakukannya padahal anda tahu akibatnya akan menyakitkan, anda mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-prinsip yang anda perjuangkan dan anda lindungi?  Saat itu, anda sedang menjadi orang yang seperti apa?

















    Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.